Minggu, 29 Juli 2012

PROSPEK PENDIDIKAN KESEHATAN LINGKUNGAN PADA MASA DEPAN



I.       Tantangan dan Peluang
  1. Tantangan Situasional
1.      Globalisasi
2.      Nasional (program pembangunan)
3.      Otonomi Daerah
4.      Konsumen
5.      Tuntutan Standar Operasional Institusi Pendidikan (Otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan trasparan)
6.      Tuntutan Pertumbuhan dan Perkembangan Kelembagaan Pendidikan/ Ketenagaan Kesehatan Lingkungan
a.       Pengembangan Keilmuan
b.      Pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan
  1. Peluang
  1. Essensi Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai Upaya Preventif dan Promotif
  2. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Lingkungan
  3. Pelayanan Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan yang Mandiri (Klinik Sanitasi)

II.    Pendekatan Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Lingkungan
  1. Pendekatan Sistem
  2. Pendekatan Paradigma Kesehatan dan Paradigma Kesehatan Lingkungan
  3. Pendekatan Epidemiologi
  4. Pendekatan Ekologi

III. Program-Program Pembangunan Kesehatan Lingkungan
  1. Program Pembangunan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
  2. Program Pembangunan Pelayanan Kesehatan Lingkungan yang terkait

IV. Prospek Tenaga Kesehatan Lingkungan Pada Masa Depan
  1. Prospek pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan Pemerintah
  2. Prospek pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Swasta
1.      Kawasan Industri
2.      Kawasan Transportasi
3.      Kawasan Perumahan
4.      Kawasan Tempat-Tempat Umum

V.    Simpulan


I.             Tantangan dan Peluang

A.    Tantangan Situasional

1.      Tatangan Global
Adanya perobahan pada suatu belahan dunia akan memberi pengaruh pada belahan dunia lainnya. Demikian pula halnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan yang titik akhirnya akan dipengaruhi oleh perkembangan di dunia perdagangan. Perdagangan global seperti kerjasama eknomi Asia Pasifik (APEC), AFTA, WTO, wilayah regional (ASEAN), wilayah bilateral (MALINDO), semuanya bermuara kearah pasar bebas.

Hal ini menuntut adanya regulasi dan deregulasi dalam upaya memberi keamanan kepada para investor, konsumen, upah buruh dan perlindungan lingkungan (ISO 9000, ISO 14000 dll)

2.      Nasional (program pembangunan)
Kebijakan nasional tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang.
Tantangan ini tertuang dalam program-program pembangunan tahunan
Program-Program Pembangunan Kesehatan Lingkungan dan Program Kesehatan Lingkungan terkait meliputi sbb.;

a.       Program Kesehatan Lingkungan meliputi sbb.;
Program Lingkungan Sehat
Kegiatan Pokok meliputi sbb.:
1)      Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
2)      Pemeliharaan dan pengawasan kalitas lingkungan
3)      Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; dan
4)      Pengembangan wilayah sehat

b.      Program Kesehatan Lingkungan terkait meliputi sbb.;
1)      Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan Pokok terkait dengan Kesehatan Lingkungan meliputi sbb.:
a)      Pemngembangan Media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b)      Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti Posyandu , UKS dan generasi muda
c)      Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (dalam hal KL)
2)      Program-Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Kegiatan Pokok terkait dengan KL meliputi sbb.;
a)      Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya
b)      Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya
c)      Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generic essensial
d)     Peningkatan pelayanan kesehatan termasuk kesehatan lingkungan
e)      Penyediaan biaya operasional dan pemelihraan

3)      Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Kegiatan pokok terkait dengan KL meliputi sbb.:
a)      Pencegahan dan penanggulangan factor risiko
b)      Penemuan dan tatalaksana penderita
c)      Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
d)     Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit

4)      Sumber Daya Kesehatan
Kegiatan pokok meliputi sbb.:
a)      Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan (KL)
b)      Peningkatan ketterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan mellaui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
c)      Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit
d)     Pembinaan tenaga kesehatan
e)      Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan (KL)

5)      Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Kegiatan pokok meliputi sbb.:
a)      Pengkajian dan penyusunan kebijakan
b)      Pengembangan system perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengen-dalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum Kes.
c)      Pengembangan system informasi Kes.
d)     Pengembangan system kesehatan daerah, dan
e)      Peningkatan jaminan pembiayaan kesehat-an masyarakat secara kapitasi dan pra upaya terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan
6)      Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kegiatan Pokok meliputi sbb.:
a)      Penelitian dan pengembangan
b)      Pengembangan tenaga peneliti, sarana dan prasarana penelitian dan
c)      Penyebarluasan dan Pemeliharaan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan

3.      Otonomi Daerah
Amanat UU Dasar th.1945 Pasal 18, diikuti dengan UU No.1 Th.1945, UU No.22 th. 1948, UU. No.1 th. 1957, Pempres No.6 th. 1969, Penpres No.5 th. 1960,
UU. No.18 th. 1965 dan 1974 (UU.No.5) tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. UU. No. 22 th. 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 th. 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pasal 11 (2) UU No.22 th.1999, dinyatakan bahwa Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, perumahan, koperasi, dan tenaga kerja.

Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional, dan gerakannya sangat cepat dan sifatnya dinamis. Perkembangan ini membuka peluang secara terbuka kepada pelaksanaan Otonomi Daerah yang menetapkan bahwa reformasi merupakan momentum yang tepat bagi realisasi Otonomi Daerah, sehingga potensi sumber daya daerah akan terangkat di dalam era globalisasi. Namun kendala utamanya adalah krisis politik yang belum selesai sampai saat ini.

Titik berat Otonomi Daerah adalah Daerah Tingkat II yaitu Kab. dan Kota, sedang Propnsi merupakan wilayah administratif.  Dampak adalah makin besarnya urusan yang diserahkan kepada Daerah diperlukan tenaga profesional baik di propinsi, maupun daerah otonom
4.      Konsumen

Batasan konsumen bukan saja pada masyarakat umum, tetapi juga masyarakat khusus seperti industri jasa (transportasi, tempat-tempat umum), industri produksi dan manufaktur, instansi pemerintah, dan lainnya.

Untuk itu diperlukan teknologi produktif, yang berorientasi pada lingkungan dan kesehatan masyarakat, maka dikembangkan Bapedal, Meneg PPLH, Komosi-komisi AMDAL dan berbagai upaya swasta yang memberi perhatian pada masalah dampak terhadap lingkungan.

5.      Tuntutan Standar Operasional Institusi Pendidikan (Standar Pendidikan Nasional)

Suka tidak suka, mau tidak mau, maka setiap unit pndidikan harus menjalankan Standar Pendidikan Nasional (SPN) meliputi otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi yang transparan.

Terkait dengan jaminan mutu maka unit pelaksana pendidikan harus selalu melakukan perobahan mengikuti kebutuhan para stakeholder (mahasiswa, orang tua, pemerintah dan para dosen) maka pengelola unit pendidikan harus menlaksanakannya,

Peningkatan mutu harus selalu disesuaikan dan berkelanjutan (”continous improvement”) dan sesuai dengan SPN
6.      Tuntutan Pertumbuhan dan Perkembangan Kelembagaan Pendidikan/Ketenagaan Kesehatan Lingkungan

a.       Pengembangan Keilmuan
Bila dibandingkan dengan ilmu dan teknologi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan memang lebih khusus. Namun bila ditinjau dari aspek-aspek dan komponen-komponennya, kesehatan lingkungan ini sendiri masih bersifat umum dan sudah saatnya untuk dikembangkan lebi tajam kearah konsentrasi-konsentrasi yang lebi tajam.

Demikian halnya perbedaan antara pendidikan akdemik dan pendidikan keahlian. Semakin tinggi pendidikan akademik, semakin luas wawasan ilmiahnya. Sedang pendidikan keahlian semakin tinggi semakin khusus bidang keahliannya.

Departemen Kesehatan juga mengembangkan dua hal meliputi; 1) ketenagaan (APK menjadi AKL, bergabung dalam Politenik Kesehatan menjadi Jurusan Kesehatan Lingkungan Diploma III, selanjutnya dikembangan Program Diploma IV sejak th. 2008) dan 2) pengembangan program (dikembangan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan sejak tahun 1993)
Tuntutan Standar Operasional Pelayanan, di mana selama ini upaya kesehatan lingkungan dilaksanakan oleh tenaga lulusan D1, D3, S1 dan S2, mereka terdistribusi pada tugas-tugas perencanaan (S1 dan S2) dan tugas-tugas operasional (D1 dan D3).
Bila dicermati perkembangan tuntutan di atas maka kualifikasi jajaran opersional perlu ditingkatkan. Tuntutan kualitas dan kuantitas semakin hari semakin meningkat.

Kualifikasi yang dituntut bukan saja kemampuan, tetapi juga jenjangnya. Upaya peningkatan kemampuan dan jenjang mutlak diperlukan dalam rangka menghadapi era persaingan bebas yang sudah sangat dekat.

Upaya kesehatan lingkungan bukan hanya tanggung jawab Departemen Kesehatan RI, tetapi juga departemen lainnya seperti Departemen Perindustrian, Pariwisata, Pertanian dan sektor lainnya.

b.      Pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan

Meantisipasi pelaksanaan pasar bebas Asean, APEC, maka pengembangan kelembagaan seperti Poltekkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan, dengan peningkatan spesialisasi dan jenjang ke Diploma-Empat dan bila memungkinkan dengan ketersediaan sumber daya diusulkan ke Spesialisasi Satu dengan konsentrasi-konsentrasi yang lebih tajam.

B.     Peluang

1.      Visi, misi, sasaran dan arah kebijakan Departemen Kesehatan
Visi;  Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan (2010-2014)
Misi Depkes RI (2010-2014)
1)      Meningkatkan derjat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani
2)      Melindungi ksehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3)      Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan dan
4)      Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

Salah satu strategi Depkes (2010-2014) adalah:
Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu

Sasaran utamanya adalah menurunkan angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup serta

Arah kebijakan ditujukan pada peningkat kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan dan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat di samping persyaratan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar

      Amanat UU No.36 tah. 2009 tentang Kesehatan
      Perimbangannya:

1)      Kes. adalah hak asasi manusia
2)      Prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan
3)      gangguan kesehatan menimbulkan gangguan ekonomi
4)      setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan Kesehatan Lingkungan

Hal-hal yang perlu dicermati sbb.:
1)      Pasal 1 (Sumber Daya Kesehatan, tenaga kesehatan)
2)      Pasal 16 (tanggung jawab pemerintah)
3)      Pasal 21 (perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dan Pengaturan dengan UU Tenaga Kesehatan)
4)      Pasal 22 (Kualifikasi miminum)
5)      Pasal 23 (Izin bagi tenaga kesehatan)
6)      Pasal 24 (kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedure operasional)
7)      Pasal 162 dan Pasal 163 (kesehatan lingkungan)

2.      Essensi Pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai Upaya Preventif dan Promotif

Konsep awal penyebab penyakit adalah lingkungan, dapat kita lihat konsep ”niasma theory” yang dikenal dengan ”ma area” atau udara buruk.
Hasil penyelidikan John Snow di Inggris menyimpulkan bahwa lingkunganlah sebagai mata rantai terjadinya penularan penyakit. Sehingga muncul semboyan ”Prevention is better than care”
yang ditopang dengan pemahaman mekanisme peranan lingkungan dalam konteks penularan penyakit.

Selanjutnya memunculkan batasan sbb.:
”sanitation is the prevention of disease by eliminating or controlling the environmental factors which form links in the chain of transmission” (WHO)
(Sanitasi adalah tindakan pencegahan penyakit dengan memutus atau mengendalikan faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit.

Perkembangan selanjutnya adalah dengan perkembangan IPTEK mendorong kerusakan lingkungan secara kuantitatif meningkat secara kualitatif secara kompleks. Terkait dengan masalah ini para ahli menyampaikan konsep baru tentang penyakit yaitu konsep kesehatan lingkungan.

3.      Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Lingkungan.

Berkembangnya Desa Siaga yang memberi peluang di samping tenaga Bidan (menangani masalah kesehatan yang ringan), Gizi (melakukan deteksi dini terhadap maslah yang dihadapi masyarakat) dan tenaga Kesehatan Lingkungan (Sanitasi) yang diharapkan menangani segala faktor lingukungan yang memberi pengaruh pada masalah kesehatan dalam wilayah kerjanya.
4.      Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan

Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pada hidup bersih dan sehat

Rendahnya kondisi kesehatan  lingkungan: Info thn 2002 persentase masyarakat yang akses terhadap air bersih sekitar 50% rumah tangga dan sanitasi dasar sekitar 63,5%. Kesehatan lingkungan yang merupakan kgiatan lintas program dan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan
Sampai saat ini penyakit yang berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, seperti penyakit Demam Berdarah Dengue sekitar 0,019/1.000 penduduk, angka kematian pada kejadian luar biasa (KLB) 3/1.000 penduduk. Penyakit TB Paru, diperkirkan oleh WHO (th.1999) setiap tahun di Indonesia terjadi 583.000 kasus baru, kematian sekitar 140.000 orang, artinya setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita TB Paru BTA positip.
Proporsi penderita Pneumonia Balita yang berobat ke Puskesmas sekitar 3/10.000 Balita (th.2002). Diare sesuai hasil survei Sub Direktorat Diare dan Penyakit Pencernaan ditemukan insiden Diare 374/1.000 penduduk (th.2003), Malaria dengan Annual Malaria Incidence (AMI) sekitar 22,27/1.000 pddk, yaitu kesakitan Malaria tanpa konfirmasi laboratorium dan Annual Parasite Incidence (API) yaitu angka kesakitan malaria dengan konfirmasi laboratorium sekitar 0,47/1.000 pddk (tahun 2002).
Masalah ini diketahui, terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas dan penyakit terbanyak adalah yang terkait dengan kesehatan lingkungan. Demikian pula upaya pengobatan penyakit dan upaya peningkatan dan perbaikan kualitas lingkungan dikerjakan tersendiri, tidak terintegrasi dengan upaya terkait lainnya.

Petugas medis dan atau paramedis melaksanakan upaya penyembuhan dan pengobatan tanpa memperdulikan kondisi lingkungan perumahan/permukiman si pasien. Di sisi lain petugas kesehatan lingkungan melakukan upaya kesehatan lingkungan  tanpa memperhatikan permasalahan penyakit dan atau kesehatan masyarakat di lokasi/kawasan tersebut.

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat untuk upaya-upaya kesehatan dimasa mendatang (Hasil Rapat Kerja Menteri Kesehatan RI dengan Komisi VI DPR-RI, tanggal 15 September 1998). Dengan paradigma ini maka pembangunan kesehatan lebih terfokus pada upaya promotif dan preventif dibanding upaya kuratif dan rehabilitatif.

5.      Pelayanan Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan yang Mandiri (Klinik Sanitasi)
Melalui Klinik Sanitasi diharapkan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara terintegrasi melalui pelayanan kesehatan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung Puskesmas.
Puskesmas memiliki misi untuk menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata, dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk itu dilakukan dengan cara membina peran serta, upaya kesehatan inovatif, dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Bertitik tolak dari hal-hal di atas, maka lahir konsep Klinik Sanitasi sebagai suatu upaya terobosan yang memadukan ketiga jenis upaya pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara terpadu, terarah dan berkesinambungan. Konsep ini pertamakali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Puskesmas Wanasaba Kabupaten/Kota Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat sejak Nopember 1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa Puskesmas yang ada di Propinsi Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Saat ini (th. 2003) Klinik Sanitasi sudah dikembangkan lebih dari 1.000 Puskesmas di seluruh Propinsi di Indonesia. Dengan makin berkembangnya kegiatan Klinik Sanitasi maka kepada mahasiswa khususnya yang bergerak dibidang kesehatan lingkungan dan atau sanitasi, perlu disosialisasikan agar pengembangannya jauh lebih baik dan lebih berkembang kearah yang positif dan menguntungkan semua pihak.
II.    Pendekatan Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Lingkungan

A.                Pendekatan Sistem

Sistem merupakan suatu tatanan dari hal-hal yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan dan keseluruhan.
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya Bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945

Sistem merupakan kumpulan unsur-unsur yang saling berinterkasi, berhubungan dan bergantungan untuk menuju tujuan bersama .

Sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari bahagian-bahagian, unsur-unsur atau proses-proses yang kait mengkait saling bergantungan dan saling berhubunganyang secara bersama melakukan beberapa fungsi untuk menyelesaikan suatu atau kumpulan tujuan Sistem merupakan suatu tatanan di mana terjadi suatu kesatuan usaha dari berbagai unsur yang saling berkaitan secara teratur menuju pencapaian tujuan dalam suatu batas lingkungan tertentu.

Analisis sistem sebagai salah satu metode ilmiah dengan ciri sebagaimana di bawah ini.
1)      logis, artinya masuk akal yaitu sesuai hukum ilmiah.
2)      obyektif, artinya sesuai dengan fakta, untuk itu perlu mencari data.
3)      sistematis, artinya memiliki keteraturan internal tidak semrawut
4)      andal, artinya dapat diuji dan diuji kembali secara terbuka
5)      dirancang dan
6)      direncanakan serta
7)      kumulatif, artinya sebagai acuan penting bagi kegiatan ilmiah selanjutnya dalam upaya pengembangan ilmu.

Dengan demikian maka dalam upaya pemecahan masalah kesehatan lingkungan perlu dilakukan melalui pendekatan sistem, dengan harapan semua mitra kerja terkait bekerja sama untuk menyusun rencana secara terpadu dalam penanganan upaya kesehatan lingkungan

B.     Pendekatan Paradigma Kesehatan dan Paradigma Kesehatan Lingkungan

Paradigma Sehat “Shifting the Mindset”, sebagai upaya merobah alur pikir masyarakat tentang sehat
           
Business Sakit ke Business Sehat (“Core-Business”)
Prevent the Problems rather then Treating the Problems

Visi Indonesia Sehat 2010,

10 Tahun kedepan, Indonesia Sehat 2010

bertujuan Memperbaiki ”Human Development Index” Indonesia
Misi dan Strategi Indonesia Sehat 2010
 “Shifting the Minset”  
Sakit
 
Sehat
 
                                                              ke                                         
                         Dari
Paradigma Sehat
 
 

                                                               ke                                        
Paradigma Sakit
 
                         Dari
Bisnis Sehat
 
 

Bisnis Sakit
 
                                                                             ke                                      
                         Dari

Misi dan Strategi Indonesia Sehat 2010
Sesungguhnya:
1) Pembangunan Berwawasan Kesehatan (Paradigma Sehat)
2) Profesionalisme
3) JPKM
4) Desentralisasi


Melahirkan suatu ciri tentang Masyarakat Indonesia sebagaimana berikut ini.
1)      Sakit-sakitan (Kesehatan)
2)      Bodoh (Pendidikan)
3)      Miskin (In-come)

Visi (merupakan Pandangan kedepan);
            Paradigma kesehatan lingkungan merupakan
Pendekatan paradigma kesehatan lingkungan berdasarkan teori simpul
          
Simpul 4
 
Simpul 3
 
Simpul 2
 
Simpul 1
 
  
                                                                                                            
                                                                                                           
Sumber:  Acmadi, 1987; Paradigma Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja; Jakarta:  Mimeograph; FKMUI
Patogenesis penyakit terkait erat dengan kesehatan lingkungan, di mana ilmu kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan interaktif antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan berbagai variabel meliputi kependudukan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Di samping itu ilmu kesehatan lingkungan memiliki metode, baik dalam pengukuran maupun solusi terhadap masalah yang ditimbulkan.

Bila dicermati pengertian tentang lingkungan memang amat luas cakupan dan jangkauannya, namun kesehatan lingkungan fokus perhatiannya pada faktor lingkungan yang memiliki potensi menimbulkan penyakit.

Sebagai contoh kita sedang berada pada suatu tempat, maka berbagai benda hidup dan benda mati ada di sekitar kita, dalam hal ini disebut sebagai lingkungan manusia, namun tidak semua yang ada disekitar kita dapat menimbulkan atau berpotensi menibulkan penyakit.

     Gambar  3.  Diagram Skematik Patogenesis Penyakit
 










Sumber: Achmadi, Umar Fahmi, 2005; Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah;
               Jakarta: Penerbit Buku Kompas. h. 25
C.     Pendekatan Epidemiologi

Menurut John Gordon ada 3 aspek yang menyebabkan terjadinya penyakit meliputi sebagaiman di bawah ini.
1)      agent yang berasal dari sifat pembawaan agen yang memiliki kemampuan menimbulkan penyakit,
2)      penjamu (”host”) terkait dengan manusia, terutama mencakup faktor biologi (Umur), jenis kelamin, suku bangsa, kekebalan khusus, dan lain-lain sifat yang terkait dengan kekebalan dan resistensi atau perilaku (dalam bentuk kebiasaan dan adat istiadat),
3)      faktor lingkungan (”environment”) meliputi seluruh aspek di luar agen dan manusia (host), dengan demikian lingkungan sangat beraneka ragam dan umumnya meliputi 2 kategori (fisik meliputi lingkungan alamiah yang terdapat sekitar manusia) dan lingkungan non-fisik merupakan lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia meliputi faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat).

Faktor Penyabab (“Agent”) meliputi:
Biologis:          Kimia:                                     Fisik:  
Protozoa          Pestisida                                  Panas
Metazoa          Zat tambahan pd.mak.                        Cahaya
Bakteri                        Obat-obatan                            Sinar X
Virus               Zat-zat kimia industri              Kebisingan
Ricketsia                                                         Getaran
Jamur                                                               Benda meluncur
                        dll
 
Faktor Lingkungan (“Environment”) meliputi:
Fisik:  
Panas                           Udara
Cahaya                                    Musim
Sinar X                        Kondisi Geologis
Kebisingan                  Getaran
Benda meluncur          dll
 
Faktor Lingkungan (“Environment”) meliputi:
Lingk.Biologik:                      
Protozoa                                          Metazoa             
Bakteri                                                        Virus                              
Ricketsia                                         Jamur      
Hewan  & tumbuh-tumbuhan         Mikroorganisme saprophit
Tumbuhan sumber nutrient
sebagai  vektor penyakit dll
 
Faktor Penjamu (“Host”) meliputi:
Umur                                       Penyakit sebelumnya
Jenis Kelamin                          Gaya hidup
Ethnis                                      Status Sosial Ekonomi
Keturunan                               Gizi                            
Status perkawinan dll
 
 




































Gambar  4. Model Segitiga Epidemiologi

 









Pendekatan Ekologi

Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Ralph and Mildre B, 1970 h.3 dalam Mukono, H.J., 2000.

Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, h.30).  Ekologi berasal dari kata Oikos  berarti rumah atau tempat tinggal dan Logos berarti studi. Pertama kali disitir oleh Ernest Haeckel seorang ahli biologi  Jerman tahun 1869.

Ekologi meliputi 2 kajian sbb.;
1)      Autekologi membahas tentang interaksi organisme dengan lingkungannya (siklus hidup organisme, adaptasi terhadap lingkungan
2)      Sinekologi membahas tentang interaksi kelompok organisme di daerha tertentu (ekologi populasi, ekologi komunitas)

Menurut habitat ekologi meliputi sbb.;
1)      ekologi dasar
2)      ekologi perairan dll.

Menurut Taksonomi eklogi meliputi sbb.;
1)      ekologi tumbuhan
2)      ekologi manusia dll

Ekologi kesehatan pada prinsipnya meliputi segala sesuatu mengenai interaksi antara lingkungan alam dan kondisi kesehatan masyarakat. Faktor alam seperti matahari, atmosfir, air dan tanah akan mempengaruhi lingkungan tempat masyarakat berada.
       
Sedangkan lingkungan itu sendiri dari lingkungan buatan dan lingkungan alami. Lingkungan buatan akan dipengaruhi oleh kondisi alam seperti iklim.

Dalam kaitannya dengan lingkungan buatan, maka masyarakat akan mengolah lingkungan buatan tersebut menghasilkan suatu produk.

Produk ini menimbulkan adanya pihak produsen dan pihak konsumen di samping itu maka unsur atau faktor lingkungan alam dan lingkungan buatan ikut beriteraksi dan pada gilirannya menimbulkan dampak baik yang positif (meningkatkan kesejahteraan masyarakat) maupun yang negatif (bencana alam, penyakit dsb.)

Konsep ekologi kesehatan (”Concept of Health Ecology”) bersumber dari tulisan Shosuke Suzuki (1988) dalam bukunya ”Health Ecology in Indonesia” Syosei Corporation Japan dalam Mukono, H.J., 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, h. 32)

IV. Prospek Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan Pada Masa Depan

A.    Prospek pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan Pemerintah

Upaya pelayanan kesehatan lingkungan pada awalnya hanya dikaitkan dengan upaya yang terkait dengan sumur, jamban, sampah, air minum, dan makanan minuman. Upaya kesehatan lingkungan masih sering dikaitkan dengan kebersihan lingkungan rumah tangga atau wilayah kampung setempat, sehingga kehilangan interaksi dengan faktor ekologis yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang jauh lebih luas.

Misalnya suhu di dalam rumah yang panas tidak dapat diselesaikan hanya dengan memperbaiki ventilasi di dalam rumah, namun upaya kesehatan lingkungan perlu diliat secara luas, yakni dengan melibatkan berbagai satuan-satuan ekosistem yang utuh, seperti ekosistem kota, ekosistem desa, daerah aliran sungai, pantai, pulau atau yang lebih besar lagi.

Disadari bahwa kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada suatu daerah disebabkan karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat hamil dan perawatan bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan ) dan faktor kesehatan lingkungan.

Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya)

Masa datang kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai.

Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.

Demikian pula dalam melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), maka diperlukan adanya keterlibatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL),
untuk mengamati berbagi faktor risiko (”risk factor”) yang ada di lingkungan, mengingat selama ini aspek kesehatan jarang disentuh oleh AMDAL Hal ini menuntut tersedianya tenaga yang dapat menangani hal ini.
Di samping itu kita juga dituntut untuk membuat model dinamika kualitas kesehatan masyarakat atau penduduk yang dikaitkan dengan ”Risk factor” di  lingkungan tempat tinggal penduduk, yang merupakan teknologi yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan

B.     Prospek pada Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Swasta

Perkembangan berbagai kawasan seperti kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan transportasi, kawasan wisata atau tempat-tempat umum, maka menuntut pula perkembangan wilayah disertai dengan tuntutan pengadaan infrastruktur, disertai dengan upaya rekayasa penanggulangan kerusakan lingkungan yang terjadi setelah fase konstruksi. Hal ini menunjukkan belum berjalannya perencanaan pembangunan berwawasan lingkungan.

Mencermati hal ini, maka prospek keberadaan tenaga kesehatan lingkungan yang berkualitas dengan jenjang yang lebih baik akan dapat menyelesaikan permasalahan seperti yang terjadi saat ini.
V.    Simpulan

Prospek pendidikan tenaga kesehatan lingkungan dan lulusannya pada masa mendatang yang penuh tantangan dan peluang, akan lebih kompetitif dan lebih profesional terutama dalam menghadapi upaya pemerintah yang lebih fokus pada pembangunan dibidang industri yang dikenal dengan indutrialisasi dan menuju pasar bebas.

Disadari bahwa makin berkembang industri dan perdagangan suatu negara, makin membutuhkan peningkatan kualitas lingkungan, dengan demikian maka tenaga kesehatan lingkungan makin dibutuhkan dibandingkan dengan upaya kesehatan kerja akan makin menurun kebutuhannya di mana industri lebih banyak memanfaatkan robot.

Dalam menghadapi masa depan, hanya dengan tekad, kemauan, kesungguhan, kedisiplinan dan usaha yang sungguh-sungguh disertai dengan imam dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mampu menghadapi persaingan pada masa depan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar