Jumat, 06 Januari 2012

Sejarah, Kegunaan, Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C


A.   Sejarah penemuan
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal perananny dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi. Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah
Tahun 1536. Jacques Cartier dari Quebec City, Kanada. Menemukan cara untuk menyembuhkan sariawan dengan teh yang dibuat dari daun-daunan dan belakangan diketahui daun-daunan tersebut kaya akan vitamin C.

Tahun 1795. Admiral Inggris, menetapkan bahwa jeruk segar sebuah per hari harus diberikan pada para pelaut yang berlayar dari Angkatan Laut Inggris.

Tahun 1865. Kamar Dagang Inggris, memberlakukan wajib untuk mengkonsumsi jeruk segar bagi pelaut dari kapal dagang.

Tahun 1911. Teori tentang vitamin, dipublikasikan oleh ahli biokimia Polandia tentang 4 senyawa dalam makanan alami yang bermanfaat untuk mencegah beri-beri, ricket, pellagra, dan skorbut.

Tahun 1918. E.V.Mc.Collum, seorang warga Amerika memulai pembauran sistem penamaan vitamin, yakni "komponen A yang larut dalam lemak".

Tahun 1928. Vitamin C pertama kali dimurnikan oleh ahli biokimia Hungaria Albert Szent-Gyorgyi yang bekerja di Canbridge, Inggris. Beliau merumuskan suatu komponen yang disebut asam heksurat, yang akhirnya menjadi asam askorbat (Vitamin C generasi pertama). Kemudian, berkembang lagi menjadi Vitamin C generasi kedua yang bermanfaat untuk menyembuhkan skorbut, seperti: rasa haus, depresi, otot terasa sakit, nampak lelah, gusi berdarah dan sesak napas.

Dari tahun ke tahun, analisis tentang Vitamin C terus berkembang, sampai akhirnya ditemukan Ester-C, Vitamin C generasi ke tiga.





B.   Struktur kimia vitamin C


Asam L-askorbat
(5R)-[(1S)-1,2-dihidroksetil]-3,4-dihidroksifuran-2(5H)-on
Nama lain
Vitamin C

Identifikasi
[50-81-7]

OC=1C(OC(=O)C=1O)[C@@H](O)CO
1/C6H8O6/c7-1-2(8)5-3(9)4(10)6(11)12-5/h2,5,7-10H,1H2/t2-,5?/m0/s1
Sifat
C6H8O6
176.12 g mol−1
Penampilan
Padatan putih kekuningan
1,65 g/cm3
(dekomposisi)
Kelarutan dalam air
33 g/100 ml
2 g/100 ml
1 g/100 ml
5 g/100 ml
Kelarutan dalam [[{{{Solvent4}}}]]
Keasaman (pKa)
4,10 (pertama), 11,6 (kedua)
Bahaya
11,9 g/kg (oral, tikus)[1]
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada
temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)


C.   Peranan vitamin C dalam tubuh
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai 81%,hasil ini masih dipertanyakan, tetapi pada penelitian terbaru kelebihan dosis vitamin c justru menyebabkan perubahan sel yang bisa mengakibatkan kanker.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat keadaan pecah-pecah di lidah scorbut, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
D.   Proses Metabolisme Vitamin C
Saat ini kelihatannya masih marak injeksi Vitamin C untuk mempercantik kulit kita memang sangat membutuhkan yang namanya Vitamin dari luar [makanan / suplemen] karena tubuh tidak bisa memproduksi. Ketika orang-orang sibuk dengan injeksi dan mengkonsumsinya dalam dosis tinggi mereka bisa saja tidak tahu bagaimana proses metabolisme Vitamin C di dalam tubuh.

Vitamin C adalah Vitamin yang larut air dan biasa disebut asam askorbat. Vitamin C mudah diserap secara aktif atau mungkin secara nonaktif [difusi] pada bagian atas usus halus masuk ke peredaran darah melalui vena porta [pembuluh darah besar yang menuju ke hati lalu ke jantung]. Rata-rata penyerapan adalah 90% untuk konsumsi 20 s/d 120 mg sehari . Konsumsi tinggi sampai 12 gram [sebagai pil] hanya diserap sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan, konsentrasi tertinggi ada di dalam jaringan adrenal, pituitari dan retina.

Tubuh dapat menyimpan hingga 1.500 mg Vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut [berupa kerusakan mucosa seperti sariawan] selama tiga bulan, Vitamin C dibuang melalui urine. Karena dibuang melalui urine itu berarti berhubungan dengan ginjal jadi asupan Vitamin C dosis tinggi kurang baik untuk penderita gagal ginjal dan hati .

Angka kecukupan gizi Vitamin C untuk Indonesia pria dan wanita dewasa sekitar 60 mg
sehari, untuk balita sekitar 40 mg perhari, untuk ibu hamil sekitar 70 mg perhari. Seperti penjelasan di atas makin tinggi dosisnya makin sedikit yang diserap.
E.   Akibat Kekurangan Vitamin C
Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi; bila terjadi pada anak-anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan dibawah 12 bulan.
Gejala-gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Juga timbul sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk, dan terjadi pendarahan.
Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejala gejalanya ialah pembengkakan dan pendarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia, dan deformasi tulang.
Penyakit sariawan yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktu dengan pemberian 100 sampai 200 mg vitamin C per hari. Bila penyakit sudah kronik perlu diperlukan waktu lebih lama untuk penyembuhannya dan suplai vitamin C yang lebih ditingkatkan.


F.    Akibat Kelebihan Vitamin C
Kelebihan vitamin C dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi mengkonsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan tiap hari dapat menimbulkan hiperoksaluria dan resiko lebih tinggi lagi terhadap batu ginjal. Dengan konsumsi 5-10gr vitamin C baru sedikit asam askorbat dikeluarkan melalui urine. Resiko batu oksalat dengan suplemen vitamin C dosis tinggi dengan demikian rendah, akan tetapi hal ini dapat menjadi berarti pada seseorang yang mempunyai kecendrungan untuk pembentukan batu ginjal.
Tubuh hanya akan menggunakan vitamin C sejumlah yang dibutuhkan. Kelebihan vitamin C justru akan menghambat metabolisme tubuh.
Kecukupan gizi (dosis) yang dianjurkan untuk vitamin C pada orang dewasa adalah 75 mg per hari untuk wanita dan 90 mg per hari untuk pria.
Sedang untuk orang dewasa perokok, dosis harian akan lebih besar yaitu 110 mg untuk wanita dan 125 mg untuk pria.
Dosis yang lebih tinggi mungkin akan dibutuhkan saat sedang stres, demam, atau menderita infeksi.
Seseorang akan mengalami overdosis vitamin C jika mengkonsumsi  200-500 mg per hari dalam jangka lama.
Overdosis vitamin C dapat menyebabkan diare, gas pada perut, atau sakit perut. Efek samping lain meliputi kram perut, mual, diare, dan peningkatan risiko terjadinya batu ginjal.
Dalam jumlah besar, vitamin C dapat mengurangi tingkat tembaga dalam tubuh.
Orang dengan penyakit kelebihan zat besi harus menghindari kelebihan vitamin C karena vitain ini akan meningkatkan penyerapan zat besi.
Individu yang memiliki batu ginjal juga harus lebih waspada terhadap overdosis vitamin C.
Pasien hemochromatosis tidak dianjurkan minum suplemen vitamin C karena akan meningkatkan akumulasi besi yang dapat memperparah penyakit.

G.  Sumber Vitamin C

Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food Vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya; semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya.
Mengkonsumsi buah dalam keadaan segar jauh lebih baik dari buah yang sudah diolah. Pengolahan pada buah-buahan dengan menggunakan panas, akan mengakibatkan kerusakan pada vitamin C. Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya pengirisan dan penghancuran yang berlebihan dihindari.
Buah jeruk, baik yang dibekukan maupun yang dikalengkan merupakan sumber vitamin C yang tinggi. Demikian juga halnya berries, nenas, dan jambu. Beberapa buah tergolong buah yang tidak asam seperti pisang, apel, pear, dan peach rendah kandungan vitamin C-nya, apalagi bila produk tersebut dikalengkan.
Bayam, brokoli, cabe hijau, dan kubis juga merupakan sumber vitamin C yang baik, bahkan juga setelah dimasak.
Sebaliknya beberapa jenis bahan pangan hewani seperti
susu, telur, daging, ikan, dan unggas sedikit sekali kandungan
vitamin C-nya.
Air susu ibu yang sehat mengandung enam kali lebih banyak vitamin C dibandingkan susu sapi. Pemberian ASI yang teratur dan sesuai dengan kebutuhan bayi dan balita membantu memnuhi kebutuhan tubuhnya akan vitamin C. Vitamin C mudah diperoleh jika mengkonsumsi makanan dengan benar.
Konsumsi bahan sayuran dan buah dalam keadaan segar, dapat menyediakan kebutuhan tubuh akan vitamin ini. Hanya saja terkadang kita sering kurang memperhatikan cara pengolahan bahan yang benar, sehingga vitamin C rusak dan terbuang percuma.
Saat proses merebus sayuran, guna mempertahankan kesegaran warna sering ditambahkan baking soda.
Penambahan baking soda pada saat memasak sayuran, dapat merusak kandungan vitamin C pada sayuran. Oleh karena itu sebaiknya dalam pengolahan sayuran tidak menggunakan bahan tambahan yang dapat merusak kandungan zat gizi.

2 komentar: